Ketika berusaha baik-baik saja.
Padahal tidak.
Terlihat kuat padahal rapuh.
Gadis itu, sebutlah Langit. Ibunya menamainya Langit dengan harapan agar anaknya kelak bisa menjadi semacam tumpuan harap bagi semua orang yang memandangnya.
Karena bagi ibu, langit adalah tempat untuk mengingatkan bahwa hari esok akan lebih baik. Sebagai pengingat bagi yang berjauhan masih berada di langit yang sama. Dan juga menjadikan langit sebagai tempat tergantungnya mimpi-mimpi.
Tapi Ibu lupa bahwa langit tak selalu biru. Ada saatnya langit berubah hitam gelap.
Begitu juga dengan Langit-nya Ibu.
Ia hanya seorang gadis muda yang cerdas, penuh ambisi, dan sedikit perfeksionis.
Ia kini sedang berada di masa krisis dimana semua mimpi dan harapannya tergerus realita. Baginya tidak ada yang sesuai dengan rencananya. Semuanya hancur. Bahkan ia tak tahu haruskah menata kembali kepingan harapan itu? Atau mulai membuat rancangan lain.
Tidak ada yang tahu ia sedang pesimis menjalani hidup. Ia pasrah. Ia enggan memberi tahu manusia lain termasuk Ibu bahwa dia tidak ingin berharap apapun lagi. Ia takut hancur lagi untuk kesekian kalinya.
Kini ia hanya berusaha sekuat tenaga menjadi langit yang selalu biru setiap harinya.
Komentar
Posting Komentar